PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
perkembangan pendidikan saat ini siswa tidak hanya berperan sebagai objek
tetapi telah berubah menjadi subjek. Sehingga hakikat pembelajaran adalah
belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Sehingga salah satu alternatif
model pembelajaran yang dikembangkannya ketrampilan berfikir siswa dalam
memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Model
pembelajaran tersebut berawal dari adanya suatu masalah, kemudian menuju ke
pedagogi artinya guru dituntut untuk dapat menguasai kelas dan pembelajarannya
kemudian barulah merujuk pada suatu strategi pembelajaran yang berbasis
masalah. Menurut Tan, 2000 (dalam Rusman, 2010: 232) dijelaskan bahwa PBM
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Studi kasus pembelajaran Berbasis
Masalah meliputi penyajian masalah,
menggerakan inquiry serta langkah-langkah PBM yang meliputi analisis inisial
pemecahan masalah, mengangkat isu-isu belajar, iterasi kemandirian dan
kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan
evaluasi. Selain itu kurikulum PBM juga bertujuan untuk meningkatkan perkembangan
ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif,
kritis dan belajar aktif serta kurikulum PBM juga memfasilitasi keberhasilan
memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan ketrampilan interpersonal
dengan lebih dibanding pendekatan yang lain. pembelajaran berbasis masalah ini
juga didasarkan pada teori belajar konstruktivistik dengan ciri pemahaman
diperoleh dari interakasi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar,
pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi
kognitif yang menstimulasi belajar serta pengetahuan terjadi melalui proses
kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut
pandang. Dalam makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai strategi pembelajaran
berbasis masalah.
2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran berbasis masalah itu ?
2. Bagaimana peran guru pada proses pembelajaran
berbasis masalah ?
3.1
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana
pembelajaran berbasis masalah secara jelas
2. Untuk mengetahui peran guru dalam
proses pembelajaran berbasis masalah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Berbasis masalah
A.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan metode/strategi pembelajaran aktif berdasarkan sebuah
penggunaan ilustrasi masalah sebagai stimulus untuk belajar. Ilustrasi masalah yang
tidak dapat diselesaikan dengan sederhana. Masalah yang belum tentu memiliki
jawaban yang benar tetapi peserta didik diharuskan untuk mempertimbangkan
alternatif dan untuk memiliki argumen
beralasan untuk mendukung solusi yang mereka hasilkan. Dalam PBM, peserta didik
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dalam penalaran dan
pembelajaran mandiri. Hmelo,1998; Hmelo & Lin, 2000; Schmidt et al., 1996
(dalam Hmelo, & Barrows. 2006: 24)
menunjukkan studi emipiris dengan
membandingkan pembelajaran pada kurikulum modern dengan kurikulum tradisional
tentang Pembelajaran Berbasis Masalah, yakni “PBL have demonstrated that students who have learned from PBL curricula
are better able to apply their knowledge to novel problems as well as utilize
more effective self-directed learning strategies than students who have learned
from traditional curricula”. Pada
dasarnya, siswa memiliki kecenderungan untuk aktif, karena menurut teori
kecenderungan psikologi menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.
Seorang anak dalam hal ini adalah siswa memiliki dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati
& Mujiono, 2013: 44).
Strategi PBM menuntut
siswa untuk menjadi bertanggung jawab pada proses pembelajaran mereka sendiri. Pendidik
adalah fasilitator belajar peserta didik, dan campur tangan seorang pendidik akan
semakin berkurang sehingga peserta didik akan mengambil tanggung jawab untuk
proses belajar mereka sendiri. Karakteristik strategi ini ialah dilakukan dalam
kelompok-kelompok kecil
yang harus difasilitasi dan berdiskusi
dengan sesama anggota kelompok maupun antar kelompok sebagai usaha pemecahan
masalah. Pendidik memandu peserta didik dalam proses pembelajaran, memberikan
stimulus kepada mereka untuk berpikir secara mendalam. Strategi PBM ini melibatkan
aspek kognitif mealui berfikir secara menyeluruh. Dan ini merupakan Inti dari strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah. Siswa dituntut untuk aktif untuk mengembangkan
intelektualnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan dan implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih
lanjut memnuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran (Dimyati
&mudjiono, 2013: 51).
B.
Karakteristik & Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembeajaran Berbasis Masalah
merupakan pembelajaran yang berfokuskan pada pemecahan masalah. Suksesnya
pelaksanaan strategi pembelajaran ini sangat bergantung pada seleksi, desain,
dan pengemangan masalah yang dipilih oleh pedidik. Hal penting dalam proses
pembelajaran ialah tujuan yang ingin dicapai dalam menggunakan strategi
pembelajaran ini. Tujuan PBM ialah “penguasaan isi belajar dari disiplin
heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah” (Rusman, 2010: 238).
PBM tidak hanya erat dengan dunia pendidikan, belajar tentang kehidupan,
keterampilan memaknai informasi, kerjasama antara aggota tim, dan keterampilan
berfikir reflektif dan evaluatif juga terdapat pada strategi pembelajaran ini.
Permasalahan yang akan digunakan
sebagai bahan ajar harus berupa kenyataan. Permasalahan yang digunakan haruslah
yang riil, maksudnya ialah
permasalahan itu pernah terjadi sebelumnya. Pendidik harus mampu menyajikan
bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan pada peserta didik dalam dunia
pendidikan. Desain masalah yang akan disajikan oleh pendidik sebaiknya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut, (Rusman, 2010: 238):
a.
Karakteristik;
masalah nyata dalam kehidupan, adanya relevansi dengan kurikulum, tingkat
kesulitan dan tingkat kompleksitas masalah, masalah memililiki kaitan dengan
berbagai disiplin ilmu, keterbukaan masalah, sebagai produk akhir.
b.
Konteks;
masalah tidak terstruktur, menantang, memotivasi, memiliki elemen baru.
c.
Sumber
dan lingkungan belajar; masalah dapat memberikan dorongan untuk dipecahkan
secara kolaboratif, independen untuk bekerja sama, adanya bimbingan dalam proses
memecahkan masalah dan menggunakan sumber, adanya sumber informasi, dan hal-hal
yang diperlukan dalam proses pemecahan masalah.
d.
Presentasi;
penggunaan skenario masalah, penggunaan cideo klip,
audio, jurnal, dan majalah, web site.
Pada dasarnya masalah yang akan
disajikan harus memperhatikan juga latar belakang dan profile peserta didik,
karena fokus dari pembelajaran pada kurikulum ialah peserta didik. Michael
Hicks, 1991 (dalam Rusman. 2010: 237) berpendapat perihal penyajian masalah,
yakni: “(1) memahami masalah, (2) kita tidak tahu bagaimana memecahkan masalah
tersebut, (3) adanya keinginan memecahkan masalah, dan (4) adanya keyakinan
mampu memecahkan masalah tersebut”. Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, sebuah
masalah yang disajikan pada peserta didik harus dapat membangkitkan pemahaman
terhadap masalah, kesadaran akan adanya pengetahuan, keinginan memecahkan
masalah, dan adanya presepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut.
C.
Teori Belajar yang Relevan dengan Startegi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi
yang berpusat pada siswa untuk mengembangkan tingkat pemikiran siswa ini memang
cocok sekali jika digunakan dalam mengajar sejarah. Karena dalam sejarah banyak
sekali permasalahan yang harus dikaji dengan benar. Perbedaan pendapat dari
para sejarawan dalam menginterpretasi bukti-bukti terkadang membuat siswa
kebingungan dalam mengikuti pendapat-pendapat yang ada.
Ada
beberapa teori yang mendukung dan menguatkan dalam pengembangan staregi
pembelajaran berbasis masalah tersebut. yaitu sebagai berikut.
1. Terori Piaget, Vygotsky
(Kognitif) dan Konstruktivisme
Pendapat pertama yang menguatkan strategi
ini adalah pendapat Piaget bahwa apabila pelajar dilibatkan dalam proses
mendapat informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka pembelajaran
akan menjadi bermakna. Sementara Vygostky yakin bahwa “interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa”, (Ibrahim dan Nur. 2000: 19). Intelektual berkembang ketika individu
menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha
mengatasi deskripansi yang timbul oleh pengalaman-pengalaman ini. Menurut
Vygotsky siswa memiliki dua tingkat perkembangan berbeda yaitu:
1.
Tingkat perkembangan actual,
yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk
mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
2.
Tingkat perkembangan potensial yaitu yang dapat
difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya
pendidik, orang tua atau bahkan teman sebaya yang lebih cerdas, maju dan
berkembang.
Dalam
teori kognitif juga proses belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Pada dasarnya siswa memiliki sifat aktif, konstruktif,
dan mampu merencanakan sesuatu. Siswa mampu untuk mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam Proses belajar mengajar siswa
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan (Dimyati & Mudjiono, 2013: 44-45)
Teori-teori
diatas menggambarkan bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika peserta didik mencari
ilmu-ilmu itu. Peran dalam pengembangan pengetahuan itu lebih ditekankan pada
peserta didik tugas pendidik hanya mengontrol saja. Peserta didik diharapkan
mendapatkan ilmu pengetahuan dimana saja. Misalanya, ketika ada permasalahan
dalam pelajaran sejarah seperti tidak ada bukti kuat yang mendukung akan
kesejarahan dan juga beda pandangan sejarawan menginterpretasi tentang sejarah.
Maka itu bisa dicari pemecahannya bersama. Siswa yang kritis mungkin akan
mempertanyakan segala hal dan akan banyak masalah yang muncul. Maka peran Pendidik
dalam mengontrol pembelajaran juga dibutuhkan.
2. Bruner dan Discovery
Learning
Hakekatnya tujuan pembelajran bukan hanya
memperbesar dasar pengetahuan peserta didik, tetapi juga untuk menciptakan
berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan discovery (penemuan).
“Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri
mencari pemeahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya,
serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”, Dahar (1989: 103).
Bruner beranganggapan bahwa sangat penting peran dialog dan interaksi
sosial dalam proses pembelajaran. Berdasarkan dari konsep Bruner, maka seorang pendidik
yanga akan menggunakan pendekatan berbasis masalah harus menekankan pada
beberapa hal berikut ini dalam proses pembelajarannya:
1.
Memberikan tekanan yang kuat untuk membangun keterlibatan aktif
semua peserta didik dalam setiap langkah dan proses pembelajaran yang dilakukan
.
2.
Mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan oleh peserta
didik sendiri tanpa dominasi oleh pendidik.
3.
Pendidik memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik
untuk di dalami dalam berbagai kegiatan penyelidikan hingga peserta didik
sampai pada penemuan ide-ide dan mengkonstruksinya menjadi bangunan teori,
paling tidak sampai pada pemahamannya yang mendalam tentang teori.
4.
Orentasi yang digunakan adalah induktif bukan orentasi
deduktif.
2.2 Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Guru harus menggunakan
proses pembelajaran yang akan menggerakan siswa menuju kemandirian, kehidupan
yang lebih luas, menurut (Rusman, 2010: 234) “lingkungan yang di bangun guru
harus mendorong cara berfikir reflektif, eveluasi kritis, dan cara berfikir
yang berdaya guna”. Untuk peran guru yang ada pada pembelajaran PBM ini
diharuskan guru berfikir tentang beberapa hal, diantaranya adalah bagaimana
dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata sehingga
siswa dapat menguasai hasil belajar? Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam
proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan beleajar dengan teman sebaya?
dan bagaimana siswa memandangdiri mereka sendiri sebagai pemecahan masalahyang
aktif?
Pembelajaran
berbasis masalah ini, guru lebih memusatkan perhatiannya pada pemfasilitasan
KBM dalam bentuk PBM, melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah, menjadi
perantara proses penguasaan informasi. Dalam pelaksanaanya guru mengatur
lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan keterlibatan siswa dalam
masalh, guru juga mempunyai peran aktif dalam pemfasilitasan inquiry kolaboratif dan proses belajar
siswa. Salah satu yang utama dalam PBM adalah pembentukan maslah yang menuntut
adanya penyelesaian, masalah yang di sajikan dalam pembelajara berbasis maslah
tidak perlu berupa penyeesaian masalah, namun bagaimana kita dapat membentuk
sebuah masalah yang nantinya akan diselesaikan.
Adapun beberapa tahapan guru dalam
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut
Fase
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Orientasi
siswa pada masalah
|
Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
|
2
|
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing
pengalaman individual/ kelompok
|
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
|
4
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
|
5
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
|
(http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html)
Dalam pengaplikasian
PBM dibutuhkannya kesiapan guru dan siswa untuk bisa berkolaborasi dalam
memecahkan masalah yang diangkat. Guru harus siap menjadi pembimbing sekaligus
tutor bagi para siswa yang dapat memberikan motivasi, semangat, dan membantu
dalam menguasai ketrampilan pemecahan masalah. Menurut (Hamzah dalam Rusman,
2010: 246) “guru berperan mengantarkan siswa memahami konsep dan menyiapkan
situasi dengan pokok bahasan yang diajarkan”, selanjutnya siswa akan
mengontruksikan masalah yang didapat untuk meningkatkan pemahaman konsep,
aturan, teori dalam pemecahan masalah. Biasanya banyak guru yang menggunakan student centered yang cocok untuk
pendekatan problem based learning ini,
dimana siswalah yang akan lebih aktif dari pada gurunya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembelajaran
berbasis masalah ini sekarang dijadika model pembelajaran yang lebih mementingkan
kerja aktif siswa dalam merumuskan suatu masalah dan guru hanya memberi arahan
dan menjadi mentor bagi para siswa.
a. Pembelajaran
berbasis masalah disini dimaksutkan sebgai suatu metode atau cara pembelajaran
yang ditandai oleh adanya masalah nyata, dan Pada dasarnya masalah yang akan
disajikan harus memperhatikan juga latar belakang dan profile peserta didik,
karena fokus dari pembelajaran pada kurikulum ialah peserta didik. serta dengan
adanya teori-teori yang mendukung program pembelajaran ini misalnya seperti
teori. Terori Piaget, Vygotsky (Kognitif) dan Konstruktivisme yang berisikan
tentang sebuah pembelajaran akan lebih terasa efektif jika peserta didik mencari
ilmu-ilmu itu sendiri.
b. Dalam
pengaplikasian PBM dibutuhkannya kesiapan guru dan siswa untuk bisa
berkolaborasi dalam memecahkan masalah yang diangkat. Guru harus siap menjadi
pembimbing sekaligus tutor bagi para siswa yang dapat memberikan motivasi,
semangat, dan membantu dalam menguasai ketrampilan pemecahan masalah.
3.2
Saran
Dalam mengembangkan
pengetahuan tentang Strategi Pembelajaran Sejarah besar harapan kami terhadap
masukan-masukan yang bermanfaat dan membangun dalam penulisan makalah ini.
Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati & Pujiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Hmelo-Silver,
C. E. & Barrows, H. S. 2006. Goals and Strategies of a Problem-
based Learning Facilitator. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1 (1): 21-39, (Online),(http://citeseerx.ist.psu.edu/ viewdoc/download?doi=10.1.1.491.4079&rep=rep1&type=pdf),
di akses 7Februari 2015.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online), (http://www.idsejarah.net
/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html),
di akses tanggal
1 februari 2015 16:00.
Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Unesa
University Press.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Kalarta: Rajawali Pers.